Ridho Marang Takdir Pangeran

Seorang perempuan muda patah hati, sepatah-patahnya. Sosok lelaki cerdas, cool, pintar, keren dan ganteng yang selalu ia bawa dalam do’a di sepertiga malam, selalu ia usahakan memantaskan diri bersanding dengannya. Malah memilih perempuan lain. Ia merasa Tuhan terlalu kejam, menolak pintanya yang satu ini. Padahal menurutnya, ia lebih pantas dari perempuan pilihan si lelaki.

Bertahun berlalu, si perempuan sudah membuka pintu bagi laki-laki lain. Tepatnya ia pasrah pada keadaan, ketika ada lelaki yang jauh dari bayangan dan ekspektasinya tetiba memberanikan diri meminta dirinya kepada kedua orang tuanya yang menuai setuju.

Pada suatu ketika, si perempuan berpapasan dengan istri sang mantan. Perempuan itu bertambah kurus, hitam dan nampak sengsara. Setelah say hello, dia baru tahu bahwa lelaki yang dulu diharapkan lebih dari takdirnya, tak lebih lelaki yang tak bertanggung jawab. Ia tak mau kerja, memerintah istri kerja, sudah begitu masih suka ganjen dengan perempuan lain dan main tangan kepada istri.

Saat itulah, sang perempuan merasa terselamatkan. Matanya meleleh. 

Kala dibuka pemahamanmu tentang penolakan pintamu oleh Allah. Kau akan menyadari bahwa penolakannya adalah sebentuk pemberian (nikmat) padamu.

Pintu Tuhan selalu terbuka, rahmat Tuhan selalu tercurah. Tapi seringkali kita terlalu terlena bersimpu di timbunan keluh.

Oleh : Dr. Muhammad Asrori, S.Pd.I.,M.Pd.I