“Hikmah Syari’at Islam Dibalik Puasa dan Berqurban”
Oleh : Ust. Muklis Sanjaya, S.H.I.
SuaraPonpesma.com – Aku mulai terbuka untuk mendalami dan menjakankan syari’at islam saat aku mulai baligh diusia 13 Tahun disebuah pondok pesantren yakni Pondok Pesantren Darul ‘Ulum Jombang, dan dikenalkannya dengan syari’at puasa senin – kamis. Al- Kisah, waktu itu aku sedang di rumah sakit dikarenakan sakit tipes yang sudah kronis sampai aku difonis terkena penyakit kuning (Liver), segala macam ikhtiyar sudah dilakukan namun belum ada jodohnya sampai suatu saat salah satu kyai mendatangiku di rumah sakit tersebut beliau mengatakan : “Puasao cung ben waras” Puasa biyar sembuh. Itu pesan singkat yang disampaikan saat mengunjungiku.
Selang beberapa hari kemudian saya sudah diperbolehkan untuk rawat jalan dengan membawa segudang obat – obatan yang harus ku habiskan, dengan aturan yang sudah biasa diminum 3x sehari. Namun aku teringat pesan sang kyai bahwa aku disuruh puasa. Maka akupun memutuskan untuk puasa senin – kamis walau kondisiku masih sangat labil. “Bismillah….”, ucapku saat memutuskan untuk puasa walau orang tua masih kasian dengan kondisiku tapi tetap meyakinkan diri akan kemantapanku. Hari senin pertama aku puasa terasa sangat berat sekali dan lebih banyak ku habiskan dengan istirahat karena lelah dan tidak begitu bertenaga.
Namun, keajaiban terjadi saat berjalan 3 bulan berjalan, aku yang biasanya tidak bisa lepas dari obat – obatan, dengan terbiasa puasa senin – kamis aku sudah tidak ketergantungan obat lagi. Dan bisa beraktifitas tanpa harus membawa obat kemana – mana. Sejak itu aku sangat suka sekali berpuasa. Maka benar sabda Rosulullah SAW yang artinya : “berpuasalah maka kamu akan sehat”. sungguh luar biasa…. Islam is perfect. Allah yang menciptakan manusia dan yang paling tahu bagaimana yang terbaik untuk ciptaannya, maka dibuatkanlah syariat yang dibawa nabi Muhammad yakni islam yang dituangkan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Kurang beberapa hari lagi kita akan menjalankan syari’at islam yakni berqurban, kira – kira apa hikmah dibalik perintah ini?? Mari kita belajar bersama oleh orang ilmuan yang menemukan keajaiban perbedaan antara metode syari’at islam dengan metode stunning orang barat.
Dasar pertama kita adalah Perintah untuk mengonsumsi makanan yang halal dan thoyyib telah dijelaskan dalam Surat Al-maidah ayat 88 yang berbunyi “Dan makanlah yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu”.
Dan dasar yang ke dua adalah hadits nabi tentang Syarat-syarat penyembelihan yang wajib dipenuhi agar daging hewan sembelihan halal dikonsumsi diantara yang harus diperhatikan:
1. Juru sembelih (penyembelih)
2. Alat sembelihan
3. Anggota tubuh yang harus disembelih
4. Tata cara penyembelihan
Yang akan penulis sampaikan disini adalah syarat nomor 4 tata cara penyembelihan, dalam islam hewan qurban disembelih dengan cara menggunakan pisau yang tajam dan disembelih dengan memotong 3 saluran pada leher bagian depan dari hewan tersebut, bagi orang non islam yang kurang memahami maksud disyariatkannya ini mereka menganggap bahwa cara penyembelihan dalam Islam ini adalah ‘kejam’. Karena hewan itu akan disembelih dalam keadaan hidup dan sadar, kemudian setelah proses penyembelihan itu tampak hewan itu meronta-ronta dan mengeluarkan darah yang sangat banyak. Sedangkan di dunia Barat, membuat ide penyembelihan yang dilakukan setelah hewan dibius terlebih dahulu, yang menurut mereka ini lebih ‘berperikehewanan’ karena hewan sembelihan tidak akan meronta-ronta setelahnya. TAPI, BETULKAH ANGGAPAN INI???
Mari kita simak tulisan yang disadur dan diringkas oleh Usman Effendi AS.,dari makalah tulisan Nanung Danar Dono, S.Pt., M.P., Sekretaris Eksekutif LP.POM-MUI Propinsi DIY dan Dosen Fakultas Peternakan UGM Yogyakarta: Melalui penelitian ilmiah yang dilakukan oleh dua staf ahli peternakan dari Hannover University, sebuah universitas terkemuka di Jerman. Yaitu: Prof.Wilhelm Schulze dan koleganya, Dr. Hazim.
Dalam penelitian ini digunakanlah sekelompok sapi yang telah cukup umur (dewasa). Pada permukaan otak kecil sapi-sapi itu dipasang elektroda (microchip) yang disebut Electro-Encephalograph (EEG). Microchip EEG dipasang di permukaan otak yang menyentuh titik (panel) rasa sakit di permukaan otak, untuk merekam dan mencatat derajat rasa sakit sapi ketika disembelih. Di jantung sapi-sapi itu juga dipasang Electro Cardiograph (ECG) untuk merekam aktivitas jantung saat darah keluar karena disembelih.
Maka separuh sapi disembelih sesuai dengan Syariat Islam yang murni, dan separuh sisanya disembelih dengan menggunakan metode pemingsanan yang diadopsi Barat. Hasil yang diperoleh sangatlah membuat dunia keilmuan bersujud atas keajaiban syari’at islam, ditemukan bahwa :
- Hasil dari metode Islam
- Pada 3 detik pertama setelah ternak disembelih (dan ketiga saluran pada leher sapi bagian depan terputus), tercatat tidak ada perubahan pada grafik EEG. Hal ini berarti bahwa pada 3 detik pertama setelah disembelih itu, tidak ada indikasi rasa sakit.
- Pada 3 detik berikutnya, EEG pada otak kecil merekam adanya penurunan grafik secara bertahap yang sangat mirip dengan kejadian deep sleep (tidur nyenyak) hingga sapi-sapi itu benar-benar kehilangan kesadaran. Pada saat tersebut, tercatat pula oleh ECG bahwa jantung mulai meningkat aktivitasnya.
- Setelah 6 detik pertama itu, ECG pada jantung merekam adanya aktivitas luar biasa dari jantung untuk menarik sebanyak mungkin darah dari seluruh anggota tubuh dan memompanya keluar. Hal ini merupakan refleksi gerakan koordinasi antara jantung dan sumsum tulang belakang (spinal cord). Pada saat darah keluar melalui ketiga saluran yang terputus di bagian leher tersebut, grafik EEG tidak naik, tapi justru drop (turun) sampai ke zero level (angka nol). Hal ini diterjemahkan oleh kedua peneliti ahli itu bahwa: “No feeling of pain at all!” (tidak ada rasa sakit sama sekali!).
- Karena darah tertarik dan terpompa oleh jantung keluar tubuh secara maksimal, maka dihasilkan healthy meat (daging yang sehat) yang layak dikonsumsi bagi manusia. Jenis daging dari hasil sembelihan semacam ini sangat sesuai dengan prinsip Good Manufacturing Practise (GMP) yang menghasilkan Healthy Food.
- Metode barat (Stunning)
- segera setelah dilakukan proses stunning (pemingsanan), sapi terhuyung jatuh dan collaps (roboh). Setelah itu, sapi tidak bergerak-gerak lagi, sehingga mudah dikendalikan. Oleh karena itu, sapi dapat pula dengan mudah disembelih tanpa meronta-ronta, dan (tampaknya) tanpa (mengalami) rasa sakit. Pada saat disembelih, darah yang keluar hanya sedikit, tidak sebanyak bila disembelih tanpa proses stunning (pemingsanan).
- segera setelah proses pemingsanan, tercatat adanya kenaikan yang sangat nyata pada grafik EEG. Hal itu mengindikasikan adanya tekanan rasa sakit yang diderita oleh ternak (karena kepalanya dipukul, sampai jatuh pingsan).
- grafik EEG meningkat sangat tajam dengan kombinasi grafik ECG yang drop ke batas paling bawah. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan rasa sakit yang luar biasa, sehingga jantung berhenti berdetak lebih awal. Akibatnya, jantung kehilangan kemampuannya untuk menarik dari dari seluruh organ tubuh, serta tidak lagi mampu memompanya keluar dari tubuh.
- karena darah tidak tertarik dan tidak terpompa keluar tubuh secara maksimal, maka darah itu pun membeku di dalam urat-urat darah dan daging, sehingga dihasilkan unhealthy meat (daging yang tidak sehat), yang dengan demikian menjadi tidak layak untuk dikonsumsi oleh manusia.
Disebutkan dalam khazanah ilmu dan teknologi daging, bahwa timbunan darah beku (yang tidak keluar saat ternak mati/disembelih) merupakan tempat atau media yang sangat baik bagi tumbuh-kembangnya bakteri pembusuk, yang merupakan agen utama merusak kualitas daging
Sekali lagi setelah membaca dan belajar tentang syariat ini semakin cintanya aku dengan Islam. “Sesungguhnya Allah menetapkan ihsan (kebaikan) pada segala sesuatu. Maka jika kalian membunuh hendaklah kalian berbuat ihsan dalam membunuh, dan apabila kalian menyembelih, maka hendaklah berbuat ihsan dalam menyembelih. (Yaitu) hendaklah salah seorang dari kalian menajamkan pisaunya agar meringankan binatang yang disembelihnya.” (H.R. Muslim).