The Law of Attraction
(Kekuatan Azam dan Tawakkal)
Disaat semua orang sedang sibuk memilih jurusan kuliyah S1 di sebuah sekolah favorit di Jombang, tidak terkecuali Musa yang juga masih konsisten di jurusan yang ia pilih yakni manajemen ekonomi karena dia memang suka dibidang MTK dan bisnis.
Proses pemberkasanpun berjalan, ditengah jalan ia mendapat surat balasan di kampus yang ia tuju, dengan keterangan bahwa jurusan yang diambil dengan bidang studi yang ditekuni “konslet” alias tidak nyambung, pasalnya Musa jurusan agama materi/pelajarannya tentang agama (Fiqih, Ushul fiqih, aqidah, tafsir dll) sedangkan yang di minta pihak kampus adalah raport nilai pelajaran umum sehingga tidak ada nilai raport yang bisa di input.
Pupus sudah harapannya untuk bisa menjadi seorang pengusaha/karyawan di perbankkan. Datanglah seorang guru menasehatinya, dengan menyodorkan beberapa pilihan jurusan agama di kampus kota yang biasa. Dan guru tersebut membisikkan beberapa dalil al-Qur’an;
Yang artinya:
“….. boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (Q.S. Al-Baqoroh :216)
“Nak, Terkadang apa yang kita anggap baik dan besok kita akan enak dengan apa yang kita pikirkan, belum tentu itu adalah terbaik bagi Allah dan bagimu, Dan belum tentu juga apa yang kamu anggap jelek dan buruk bagimu, itu buruk dan jelek untuk masa depanmu karena bisa jadi Allah persiapkan itu untuk hal yang terbaikmu dimasa depan. karena Allah paling tahu apa yang terbaik untukmu.
Kata – kata itu mungkin terasa hampar ditelinga Musa saat itu karena masih belum bisa menerima keadaan. Dengan terpaksa Musa memenuhi saran dari guru tersebut, masuklah berkas Musa di kampus tersebut dengan jalur beasiswa program beasiswa Santri Berprestasi (PBSB).
Setelah menunggu beberapa hari tibalah saat tes ujian masuk beasiswa PBSB tersebut. Musa meminta do’a restu kepada orang tua dan guru tersebut dan mulai bisa menerima takdir yang ada didepannya dengan niat bismillah mawon. Namun ada yang aneh saat ujian berlangsung, terdengar suara orang membaca terkatup-katup lantunan bunyi washilah al-Fatihah mulai dari washilah kepada Rosulullah, para shahabat, tabi’in , salafus sholeh, masyayikh/guru-guru, orang tua, sampai washilah untuk para penguji ujian beasiswa dan seluruh elemen ujian di bacakan washilah al-Fatihah ternyata ia adalah Musa. Disaat seluruh peserta ujian dengan “sepaneng” mengerjakan si Musa malah membaca tahlil dan yasin.
Hampir 30 menit ia habiskan waktunya dengan membaca do’a tersebut, sampai akhirnya ada yang berkata , “mas, tolong do’ain saya juga ya, semoga lulus ujian” pinta seseorang peserta yang duduk didepan Musa. Musa hanya mengangguk-angggukkan kepala.
Setelah selesai melakukan ritual itu, musa mulai mengerjakan lembar demi lembar pertanyaan tersebut. Terlihat dengan tekun Musa mencari soal yang bisa dikerjakan terlebih dahulu, sampai waktu akan selesai Musa masih menyisakan beberapa pertanyaan yang menurut Musa sulit, akhirnya bismillah mawon dari pada dikosongi ia mulai membaca sholawat setiap mengembil keputusan dari jawaban yang Musa anggap paling benar. 6 jam berjalan ujian tersebut akhirnya telah diselesaikan Musa dengan komplit tanpa ada yang dikosongi.
Beberapa hari kemudia sambil menunggu pengumuman, Musa memutuskan untuk kursus di pare agar bisa mengisi waktu luangnya dengan belajar bahasa. 1 bulan kemudian ada kabar yang sangat mengejutkan datang, musa ternyata “TIDAK LULUS UJIAN BEASISWA PBSB” tersebut. Musa mengabari orang tuanya kalau dia tidak lulus ujian, dan Musa memutuskan untuk mondok di pare saja, dan tidak kuliah karena tidak ingin membebankan orang tua.
2 bulan berjalan Musa mondok di kampung inggris tersebut dan tanpa terasa Musa sudah menguasai beberapa bahasa sekaligus yakni bahasa arab dan inggris walau tidak selancar native speaker. Tiba-tiba Musa mendapat telfon dari nomor kantor jakarta +021…., Musa mengangkatnya, dan ternyata Musa terpanggil menggantikan peserta beasiswa PBSB yang mengundurkan diri dan segera melengkapi berkas di kampus yang dituju,
“Alhamdulillah……” sahut Musa dengan sujud syukur. Tanpa basa-basi Musa langsung menghubungi orang tuanya memberitahukan kabar baik tersebut. Dan terlintas dalam benak Musa, ingat akan bisikan kata-kata guru Musa saat mengajukan lamaran beasiswa ini.
“Nak, Terkadang apa yang kita anggap baik dan besok kita akan enak dengan apa yang kita pikirkan, belum tentu itu adalah terbaik bagi Allah dan bagimu, Dan belum tentu juga apa yang kamu anggap jelek dan buruk bagimu, itu buruk dan jelek untuk masa depanmu karena bisa jadi Allah persiapkan itu untuk hal yang terbaikmu dimasa depan. karena Allah paling tahu apa yang terbaik untukmu.
Ternyata ini rahasia dari yang Allah ingin sampaikan. Akhirnya Musa bisa kuliah dengan tanpa biaya sepeserpun dari orang tua bahkan Musa mendapat Uang Living Kost yang untuk biaya hidup dan Musa bisa memberi sebagian dari living kost tersebut kepada orang tuanya, tanpa merepotkan orang tua selama belajar sampai lulus sarjana.
Perjalanan spiritual ini tidak selesai disini namun juga terulang kembali saat Musa akan melamar seorang pendamping hidup hanya berbekal sholawat “Ku pinang kau dengan Sholawat”, dengan membaca sholawat setiap melewati Terop orang nikahan dengan ia membaca namanya., lucu….memang namun kekuatan Allah tidak bisa diremehkan dengan lantaran sholawat dan washilah. Dan ini Musa lakukan setiap ia mempunyai azam yang kuat, maka ia pasrahkan sama Allah dengan membaca Sholawat dan washilah.
Firman Allah dalam Q.S. Ali Imron : 159, yang artinya :
“…….kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (Q.S. Ali Imron : 159).
Bersambung…