Ponpesma Unisla
Artikel

“The Miracle Of Al-Qur’an”

Share & Like Post ini :


“THE MIRACLE OF AL-QUR’AN”

(Keajaiban Al-Qur’an)

Oleh : Ust. Muklis Sanjaya, S.H.I.

(Ustadz Madin ponpesma)

SuaraPonpesma

  1. Kemuliaan Sebuah Al-Qur’an

Semua umat manusia mengakui kehebatan dari Al-Qur’an, bahkan tantangan di masa awal kemunculannyapun sangat mempesona, sehingga tak seorang penyair berkelas manapun sanggup menandingi kehebatan isi dan bait dari kalam yang maha kuasa. Bahkan dalam baitnya pun Allah menyeru tidak akan ada seorangpun sampai hari kiamat nanti mampu membuat semisal dengan Al-Qur’an dan akan selalu terjaga kemurniannya hingga akhir zaman. Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (Al-Hijr: 9)

Sehingga para penghafal Al-Qur’an pun oleh Allah diberikan beberapa keistimewaan sebagaimana diriwayatkan dari imam muslim “Al-Qur’an akan menjadi penolong (syafa’at) bagi penghafal .Dari Abi Umamah ra. ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Bacalah olehmu Al-Qur’an, sesungguhnya ia akan menjadi pemberi syafa’at pada hari kiamat bagi para pembacanya (penghafalnya).” (HR. Muslim).

Allahpun juga menjamin kehidupan para penghafal Al-Qur’an baik di dunia maupun di akhirat dalam Q.S. Fathir: 29-30. Allah berfirman:

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah (Al-Qur’an) dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.”

  1. Al-Qur’an dan Multiple Intelegensi

Secara umum kita mengenal otak kita terbagi menjadi 2 golongan besar otak kiri (otak yang berfungsi dalam hal logika, rasio, analisis, hafalan, kemampuan menulis, dan membaca) dan otak kanan (berkaitan dalam hal seni, penghayatan, kreatifitas, dan perasaan), uups…..pernahkah kita memikirkan bahwa Allah menciptakan otak kita terbagi seperti itu, dan Allah menyuruh kita untuk mempelajari Al-Qur’an Iqro’…Iqro’….dan Iqro. Sekarang penulis akan mencoba mengajak pembaca untuk membaca Al-Qur’an dengan tartil, menyesuaikan dengan makhroj dan hukum bacaan yang benar. Bagi pembaca otak manakah yang kita fungsikan??….Benar,,, Otak kiri kita yang kita fungsikan karena ini menuntut kita untuk analisis dan melatih rasio kita. Dan secara otomatis saat kita membaca dengan cara tersebut (Tartil) apakah kita juga tidak sadar bahwa otak kanan kitapun mencoba mengasah dengan sendirinya dengan nada panjang dan irama saat membacanya, bahkan ada Qori’ yang membaca Al-Qur’an sampai menangis haru. Hal ini karena ia menikmati bacaan dan makna dari Al-Qur’an itu sendiri. Jadi, kita dapat mengetahui bahwa membaca Al-Qur’an dengan tartil dan indah dapat meningkatkan fungsi dari otak kita di kedua lapisan sekaligus. Al-Qur’an sendiri merupakan suatu karya seni karena Al-Qur’an adalah sastra yang paling indah……Allahu Akbar.

Begitu pula saat kita menghafal Al-Qur’an, bagaimanapun metode yang digunakan, tentu saja kegiatan ini mengasah kinerja otak kiri yang mana berfungsi saat kita menghafal sesuatu secara sistematis. Otak kiri juga terasah saat kita menganalisis makna dari ayat-ayat Al-Qur’an. Ilmu ini disebut dengan ilmu Tafsir.

Maka, tidak lah heran jika kita sering melihat orang-orang yang mencintai Al-Qur’an, yakni yang membaca Al-Qur’an dengan tartil dan indah, berusaha menghafal, dan memahami maknanya, mereka itu adalah orang-orang yang cerdas. Tidak hanya dalam bidang akademik maupun daya ingatnya, cara mereka bersosialisasi dan berkomunikasi pun sangat baik. Hal ini membuktikan bahwa otak kiri dan kanan mereka memiliki keseimbangan yang sempurna.. Inilah salah satu dari mukjizatAl-Qur’an.

Sebagai contoh nyata, dapat kita lihat dari seseorang junjungan kita yang paling sempurna di muka bumi ini, yaitu Nabi Muhammad SAW. Beliau diberi mukjizat oleh Allah SWT berupa Al-Qur’an. Nabi Muhammad SAW adalah seorang ummi (buta huruf), namun memiliki kecerdasan intelektual dan emosional yang sangat baik. Beliau dijuluki sebagai uswatun hasanah (suri tauladan yang baik) karena kesempurnaan dari keceerdasan dan akhlak yang beliau miliki.

  1. Kisah Teladan Penghafal Al-Qur’an

Kehebatan Wanita setara 1000 Lelaki

Diceritakan oleh salah seorang ustadz pengajar Al-Qur’an disalah satu masjid di Makkah Al-Mukarramah. Suatu ketika datang seorang anak yang ingin mengikuti halaqah Qur’an”. Maka ustadz tersebut bertanya kepadanya,”Apakah engkau hafal beberapa surat dari Al-Qur’an?”. Ia berkata,”Ya”. Lau ustadz tersebut berkata kepadanya, ”Bacakan beberapa surat dari juz ‘Amma!” Maka kemudian ia membacanya dengan lancar. Ustadz tersebut kembali bertanya,”apakah kamu hafal surat Al-Mulk?” Ia menjawab,”Ya”. Aku pun takjub dengan hafalannya di usia yang masih dini.

Kemudian ustadz tersebut ingin mengujinya dengan surat-surat panjang,”Apakah engkau hafal surat Al-Baqarah. Ia menjawab,”Ya”. Dan anak tersebut membacanya tanpa salah sedikitpun. Ustadz tersebut berkata : ”Wahai anakku, apakah kamu hafal Al-Qur’an?” ia menjawab,”ya”. Subhanallah, nak…esok hari ajaklah bersama dengan orang tuamu, karena aku sungguh benar-benar takjub. Bagaimana mungkin orang tuamu bisa melakukan hal tersebut?”. Kagum ustadz tersebut.

Hari yang ditunggu – tunggu ustadz itupun telah tiba, Suatu kejutan besar saat ustadz tersebut melihat seorang yang berparas tidak meyakinkan datang bersama anak tersebut. Penampilannya tidak menunjukkan orang yang berbau agamis.

Pembicaraanpun dimulai antara ustadz dengan ayah dari anak tersebut. ”maaf ustadz saya yakin mungkin ustadz heran melihat penampilan saya seperti ini dan tidak percaya kalau saya adalah ayah dari anak ini. Tetapi saya akan menceritakan suatu hal yang itu akan merubah pemikiran ustadz tentang saya.”Sahut ayah dari anak tersebut memecahkan lamunan dari ustadz.

Sungguh di belakang anak ini ada seorang wanita yang setara dengan seribu laki-laki. Akupun dirumah memiliki tiga anak yang semuanya hafal Al-Qur’an. Dan paling kecil, gadis berusia 4 tahun, sudah hafal juz ‘amma”. Ustadz itupun kaget dan bertanya,”Bagaimana bisa seperti itu?!” ayah tersebut mengatakan bahwa ibu mereka ketika mereka mulai bisa berbicara pada usia bayi, maka ia memulainya dengan menghafalkan Al-Qur’an dan memotivasi mereka untuk itu. Siapa yang menghafal pertama kali, maka dialah yang berhak memilih menu untuk makan malam hari itu. Siapa yang melakukan muraja’ah (setor hafalan) pertama kali, dialah yang berhak memilih kemana kami akan pergi mengisi liburan mingguan. Dan siapa yang mengkhatamkan pertama kali, maka dialah yang berhak menentukan kemana kami harus mengisi liburan. Seperti itulah wanita dibalik semua ini, dia menciptakan suasana kompetisi (persaingan) dalam menghafal dan melakukan muraja’ah.
Maka benarlah ketika Rasulullah SAW. bersabda, “seorang wanita dinikahi karena empat hal, karena hartanya, kedudukannya, kecantikannya dan agamanya. Maka carilah agamanya niscaya kamu beruntung.” (HR. Bukhari).

  1. Tips Menghafal Al-Qur’an 30 Juz (dikutip dari beberapa sumber*)

Seorang hafidz Qur’an bernama Syafa hafal Al-Qur’an kurang lebih sejak umur 6 tahun, melakukan cara–cara yang insya’allah mudah untuk kita ikuti bersama.

Tips pertama : bagi menjadi beberapa bagian kecil.

Andai anda menghafalkan sebuah surah dalam Al-Qur’an yang terdiri atas 6 ayat, bagi saja surah tersebut menjadi dua bagian, masing-masing 3 ayat.

Tips kedua : ulang-ulang 3 ayat tersebut sebanyak 20x, 3 ayat kedua diulang-ulang 20x. Jika sudah selesai, lalu 6 ayat tersebut digabung dan diulang sebanyak 20x. Teruskan begitu untuk surah-surah yang selanjutnya. Berikut adalah gambaran agar lebih mudah dipahami.

Tips ketiga : cara menambah hafalan pada hari berikutnya?

Jika anda ingin menambah hafalan baru pada hari berikutnya, maka sebelum menambah dengan hafalan baru, maka anda harus membaca hafalan lama dari ayat pertama hingga terakhir sebanyak 20 kali juga. Hal ini supaya hafalan tersebut kokoh dan kuat dalam ingatan anda, kemudian anda memulai hafalan baru dengan cara yang sama seperti yang anda lakukan ketika menghafal ayat-ayat sebelumnya.

Tips keempat :cara mengulang Al-Qur’an (30 juz) setelah menyelesaikan muraja’ah

Mulailah mengulang Al-Qur’an secara keseluruhan dengan cara setiap harinya mengulang 2 juz, dengan mengulangnya 3 kali dalam sehari. Dengan demikian, anda akan bisa mengkhatamkan Al-Qur’an setiap dua minggu sekali. Dengan cara ini maka dalam jangka satu tahun insyaa Allah anda telah mutqin (kokoh) dalam menghafal Al-Qur’an, dan lakukanlah cara ini selama satu tahun.

Tips kelima : jadikan hafalan sebagai wirid setelah menghafal Al-Qur’an selama satu tahun

Setelah menguasai hafalan dan mengulangnya dengan itqan (mantap) selama satu tahun, jadikanlah Al-Qur’an sebagai wirid harian anda hingga akhir hayat, karena itulah yang dilakukan oleh Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam semasa hidupnya.

Beliau membagi Al-Qur’an menjadi tujuh bagian dan setiap harinya beliau mengulang setiap bagian tersebut, sehingga beliau mengkhatamkan Al-Qur’an setiap 7 hari sekali.

Aus bin Huzaifah rahimahullah berkata, “Aku bertanya kepada para sahabat Rasulullah bagiamana cara mereka membagi Al-Qur’an untuk dijadikan wirid harian? Mereka menjawa, “Kami kelompokan menjadi 3 surat, 5 surat, 7 surat, 9 surat, 11 surat, dan wirid mufashal dari surat Qaaf hingga khatam (Al-Qur’an).” (HR. Ahmad).

Pembagian wiridnya sebagai berikut:

Hari pertama: membaca surat “Al-Fatihah” hingga akhir surat “An-Nisa’”,

Hari kedua: dari surat “Al-Maidah” hingga akhir surat “At-Taubah”,

Hari ketiga: dari surat “Yunus” hingga akhir surat “An-Nahl”,

Hari keempat: dari surat “Al-Isra’” hingga akhir surat “Al-Furqon”,

Hari kelima: dari surat “Asy Syu’ara” hingga akhir surat “Yasin”,

Hari keenam: dari surat “Ash-Saffatt” hingga akhir surat “Al-Hujurat”,

Hari ketujuh: dari surat “Qaaff” hingga akhir surat “An-Naas”.

Tips keenam : Fokus pada perbedaan, baikan persamaan, “Fabi ayyi alaa’i rabbikuma tukadz dziban” jika kita hafal 1 ayat ini,1 saja! Maka sebenarnya kita sudah hafal 31 ayat dari 78 ayat yg ada di surat Ar-Rahman.Sudah hampir separuh surat kita hafal. Maka ayat ini dihafal satu kali saja, fokuslah pada ayat sesudahnya dan sebelumnya yang merangkai ayat tersebut.

Tips ketujuh : Komitmen dengan durasi

Berjanjilah bagi diri sendiri untuk komitmen dalam sehari kita sisihkan berapa waktu yang kita habiskan bersama al-Qur’an, komitmenlah pada DURASI bukan pada jumlah ayat yang akan dihafal. Walapun kita dalam satu jam (semisal) kita tidak harus sama dengan hari – hari sebelumnya, Ibarat argo taxi, keadaan macet ataupun di tol dia berjalan dengan tempo yang tetap.Serahkan satu jam kita pada Allah.. Syukur-syukur bisa lebih dari satu jam.Satu jam itu gak sampe 5 persen dari total waktu kita dalam sehari loh! Lima persen untuk Al-Quran, harus bisa dong ah…

Tips kedelapan : Pastikan ayatnya bertajwid

Cari guru yang bisa mengoreksi bacaan kita. Bacaan tidak bertajwid yang ‘terlanjur’ kita hafal akan sulit dirubah/diperbaiki di kemudian hari (setelah kita tahu hukum bacaan yang sebenarnya).Jangan dibiasakan otodidak dalam hal apapun yang berkaitan dengan Al-Qur’an; membaca, mempelajari, mentadabburi, apalagi mengambil hukum dari Al-Quran.

Tips kesembilan : Buatlah tanda untuk membedakan antara bacaan yang mutasyabih (mirip) dalam Al-Qur’an

Cara terbaik untuk membedakan antara bacaan yang hampir sama (mutasyabih) adalah dengan cara membuka mushaf, lalu bandingkan antara kedua ayat tersebut dan cermatilah perbedaan antara keduanya. Kemudian, buatlah tanda yang bisa untuk membedakan antara keduanya, dan ketika anda melakukan muraja’ah hafalan perhatikan perbedaan tersebut. Ulangilah secara terus-menerus sehingga anda bisa mengingatnya dengan baik dan hafalan anda menjadi kuat (mutqin).



Share & Like Post ini :
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *