Ponpesma Unisla
Artikel

Muhadloroh; Upaya Membentuk Mental Baja Mahasantri

Share & Like Post ini :


MUHADLOROH; UPAYA MEMBENTUK MENTAL BAJA MAHASANTRI

Oleh

Ichwan Febri Faridhon

  Mahasiswa Ekonomi Akuntansi C UNISLA angkatan 2015

 

 

Public Speaking atau berbicara di depan umum, suatu hal yang sering kita dengar  dan kita ketahui. Melaksanakan public speaking tidak semudah melihat orang yang sedang melakukannya. Praktik pelaksanaan public speaking memang cukup sulit, namun bukan berarti tidak bisa dilakukan. Kuncinya adalah sering melakukan latihan public speaking. Hal ini dilakukan untuk menumbuhkan mental baja dalam diri kita. Salah uapaya yang dilakukan adalah kegiatan muhadhoroh. Kegiatan ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Mahasiswa (Ponpesma) Universitas Islam Lamongan (Unisla). Kegiatan ini dilakukan rutin oleh maha santri Ponpesma pada hari jum’at yang dimulai jam 19.30 WIB-20.30 WIB.

Lantas apa sih muhadhoroh itu?. Seperti yang dijelaskan oleh salah satu musyrif yang membina mahasantri yang tinggal di ponpesma, ust. Khoril Huda, muhadhoroh adalah kegiatan yang bertujuan untuk melatih keterampilan mahasantri dalam hal berbicara di depan umum, termasuk menjadi master of ceremony (MC), qari’ (membaca al-Qur’an dengan lagu), penceramah dan sebagainya.

Salah satu contoh tema dalam kegiatan muhadhoroh adalah acara pengajian umum. Acara pengajian yang dilaksanakan minimal membutuhkan   lima orang  mahasantri yang masing-masing bertugas sebagai :

  1. Pembawa acara
  2. Pembacaan ayat-ayat suci Al-qur’an
  3. Sambutan ketua panitia penyeleggara kegiatan
  4. Sambutan kepala desa
  5. Pengisi materi dan Do’a

 

Biasanya, di permulaan acara diisi oleh pembawa acara (master of ceremony), sembari membuka acara dengan pembacaan surat al-Fatihah. Kemudian yang bersangkutan membacakan runtutan acara, mulai dari pembukaan yang telah ia buka hingga penutup dan do’a di penghujung kegiatan. Acara kemudian dilanjutkan dengan acara-acara, seperti pembacaan ayat suci al-Qur’an, sambutan-sambutan, hingga acara inti, yakni ceramah.

Dari gambaran kegiatan-kegiatan di atas, akan tampak bagaimana mahasantri Ponpesma benar-benar digembleng untuk menjadi individu yang bermental baja. Menjadi MC, pemberi sambutan, dan penceramah merupakan sebuah seni yang bisa dibentuk dan dilatih agar dalam individu memiliki kemampuan di dalamnya. Tidak alasan bahwa seorang mahasantri tidak bisa melakukannya. Tinggal berlatih dan berlatih. Alasan minder dan pemalu tidak bisa dijadikan alasan untuk tidak bisa tampil di depan umum.

Di dalam filsafat eksistensialisme, semua individu memiliki keunikan masing-masing. Keunikan-keunikan itu harus dimunculkan dan ditunjukkan kepada orang lain agar orang lain tau kemampuan si individu. Hingga pada akhirnya ia bisa memberikan kontribusi pada peradaban.

Selain itu, semua kegiatan yang dilaksanakan di lingkungan Ponpesma Unisla sebenarnya bertujuan agar mahasiswa punya modal public speaking ( berbicara di depan umum) saat terjun dilapangan di lingkungan masyarakat. Hanya saja, masih saja beberapa oknum mahasantri  yang kurang memahami urgensitas kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan. Dan ini cukup disayangkan. Kesempatan emas ini seharusnya bisa dimanfaatkan sebaik mungkin. Hingga paa akhirnya masing-masing mahasantri menyadari keunikan-keunikan yang ada di dalam dirinya dan mampu menunjukkan pada orang lain.

Semoga segenap mahasantri diberi kemampuan oleh Tuhan untuk melaksanakan setiap kegiatan yang telah dijadualkan di Ponpesma Unisla.

 

 

 



Share & Like Post ini :
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *